Jumat, 15 Maret 2013

PROSES KEPUTUSAN INOVASI


I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, merupakan suatu upaya untuk menjebatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan pembaharuan- pembaharuan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektifitas. Pembaharuan mengiringi perputaran zaman yang tak henti-hentinya berputar sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Kebutuhan akan layanan individual telah menjadi pendorong utama timbulnya pembaharuan. Didalam dunia pendidikan, lembaga pendidikan harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus mengupayakan suatu program yang sesuai dengan perkembangan anak, perkembangan zaman, situasi, kondisi dan kebutuhan peserta didik.
Kata inovasi sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan dan kadang kadang juga dipakai untuk menyatakan peneluan, karena hal yang baru itu penemuan. Timbulnya inovasi dalam pendidikan disebabkan oleh adanya persoalan dan tantangan yang perlu dipecahkan dengan pemikiran baru yang mendalam dan progresif.
Pada hakikatnya yang menjadi sasaran menerima dan menerapkan inovasi adalah individu atau pribadi sebagai sistem sosial (warga masyarakat). Pemahaman tentang proses inovasi yang berorientasi pada individu tetap merupakan dasar untuk memahami proses dalam organisasi. Salah satu elemen difusi yang dikemukan rogers adalah “waktu”. Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi.
Peranan dimensi waktu dalam proses difusi merupakan proses keputusan inovasi, dimana proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk menerima keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan)

I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian proses keputusan inovasi ?
2. Bagaimana proses keputusan inovasi ?
3. Bagaimana tipe keputusan inovasi ?

I.3 Tujuan
1. Memahami pengertian proses keputusan inovasi
2. Mengetahui model proses keputusan inovasi
3. Mengetahui tipe keputusan inovasi

II. PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Proses Keputusan Inovasi
            Menurut (Saefudin, 2008), proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu, mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkanya.
Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsur keputusan yang mendasarinya, oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation decision Process). Menurut Everett M Rogers proses keputusan inovasi adalah the process through which abn individual (or other decision making unit) passes from first knowledge of an innovation,to forming an attitude toward the innovation, to a decision to adopt or reject, to implementation of the new ide, and to confirmation of this decision. Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan perbedaannya dengan tipe keputusan yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidaktentuan (uncertainly) tentang sesuatu (inovasi).

II.2 Proses Keputusan Inovasi
            Menurut (Rogers, 1983) , proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu (1) tahap pengetahuan, (2) tahap bujukan, (3) tahap keputusan, (4) tahap implementasi dan (5) tahap konfirmasi. Ke- 5 tahap proses keputusan inovasi dapat dilihat pada bagan berikut ini:





SALURAN KOMUNIKASI
            ------------------------------------------------------------------------------------


Kondisi sebelumnya
V.KONFIRMASI
IV.PENERAPAN
III.KEPUTUSAN
I. PENGTAHUAN
II.BUJUKAN
1.Pengalaman
2.Kebtuhan/
    Masalah
3.Kepekaan Inovasi
4.Norma ocial
 

(1)   Tahap Pengetahuan / Knowledge
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan pasif. Begitupun seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya berdasarkan pengamatanya tentang inovasi tersebut sesuai dengan kebutuhan, minat atau mungkin juga kepercayaanya.  Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan karena kebetulan ia merasa butuh, tapi mungkin juga terjadi karena seseorang butuh Sesutu maka untuk memenuhinya dibutuhkan inovasi.
Setelah seseorang menyadari adanya inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui inovasi, maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tantang inovasi itu bukan hanya berlangsung pada tahap pengetahuan saja tetap juga ada tahap yang lain bahkan sampai tahap konfirmasi masih ada keinginan untuk mengetahui aspek-aspek tertentu dari inovasi.

(2)   Tahap Bujukan/ Persuation
Tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit pengambil keputusan yang lain, mulai membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan.
Dalam tahap persuasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa dating. Perlu ada kemampuan untuk memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mempermudah proses mental itu, perlu adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan  inovasi, jika mungkin sampai pada konsekuensi inovasi.

(3)   Tahap Keputusan/ Decision
Pada tahap ini berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.
 Menurut Rogers adoption (menerima) berarti bahwa inovasi tersebut akan digunakan secara penuh, sedangkan menolak berarti “ not to adopt an innovation”. Jika inovasi dapat dicobakan secara parsial, umpamanya pada keadaan suatu individu, maka inovasi ini akan lebih cepat diterima karena biasanya individu tersebut pertama-tama ingin mencoba dulu inovasi tersebut pada keadaannya dan setelah itu memutuskan untuk menerima inovasi tersebut. Walaupun begitu, penolakan inovasi dapat saja terjadi pada setiap proses keputusan inovasi ini. Rogers menyatakan ada dua jenis penolakan, yaitu active rejection dan passive rejection.
-  Active rejection terjadi ketika suatu individu mencoba inovasi dan berfikir akan mengadopsi inovasi tersebut namun pada akhirnya dia menolak inovasi tersebut.
- passive rejection individu tersebut sama sekali tidak berfikir untuk mengadopsi inovasi.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara pengetahuan, persuasi dan keputusan inovasi berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaitan.

(4)   Tahap Implementasi/ Implementastion
Pada tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi.  Sebuah inovasi dicoba untuk dipraktekkan, akan tetapi sebuah inovasi membawa sesuatu yang baru apabila tingkat ketidakpastiannya akan terlibat dalam difusi. Ketidakpastian dari hasil-hasil inovasi ini masih akan menjadi masalah pada tahapan ini. Maka si pengguna akan memerlukan bantuan teknis dari agen perubahan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dari akibatnya. Apalagi bahwa proses keputusan inovasi ini akan berakhir. Permasalahan penerapan inovasi akan lebih serius terjadi apabila yang mengadopsi inovasi itu adalah suatu organisasi, karena dalam sebuah inovasi jumlah individu yang terlibat dalam proses keputusan inovasi ini akan lebih banyak dan terdiri dari karakter yang berbeda-beda.
Penemuan kembali biasanya terjadi pada tahap implementasi ini, maka tahap ini merupakan tahap yang sangat penting. Penemuan kembali ini adalah tingkatan di mana sebuah inovasi diubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi atau implementasinya. Rogers juga menjelaskan tentang perbedaan antara penemuan dan inovasi (invention dan Innovation). Invention adalah proses di ociala-ide baru ditemukan atau diciptakan. Sedang inovasi adalah proses penggunaan ide yang sudah ada. Rogers juga menyatakan bahwa semakin banyak terjadi penemuan maka akan semakin cepat sebuah inovasi dilaksanakan.

(5). Tahap Konfirmasi/ Confirmation
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusanya.jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi selanjutnya.
Ketika Keputusan inovasi sudah dibuat, maka si penguna akan mencari dukungan atas keputusannya ini . Menurut Rogers keputusan ini dapat menjadi terbalik apabila si pengguna ini menyatakan ketidaksetujuan atas pesan-pesan tentang inovasi tersebut. Akan tetapi kebanyakan cenderung untuk menjauhkan diri dari hal-hal seperti ini dan berusaha mencari pesan-pesan yang mendukung yang memperkuat keputusan itu. Jadi dalam tahap ini, sikap menjadi hal yang lebih krusial. Keberlanjutan penggunaan inovasi ini akan bergantung pada dukungan dan sikap individu .
Ketidakberlanjutan dapat terjadi selama tahap ini dan terjadi pada dua cara. Pertama atas penolakan individu terhadap inovasi. Keputusan jenis ini dinamakan replacement discontinuance. Yang kedua dinamakan ocialantment discontinuance. Dalam hal ini individu menolak inovasi tersebut disebabkan ia merasa tidak puas atas hasil dari inovasi tersebut. Alasan lain dari discontinuance decision ini mungkin disebabkan inovasi tersebut tidak memenuhi kebutuhan individu. Sehingga tidak merasa adanya keuntungan dari inovasi tersebut.

III. Tipe Keputusan Inovasi
Menurut (Ibrahim, 1988), ada beberapa tipe keputusan inovasi :
1.      Keputusan inovasi opsional
Yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu atau seseorang secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota system social yang lain. Meskipun dalam hal ini individu mengambil keputusan itu berdasarkan norma system soaial atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota system social yang lain. Jadi hakikat pengertian keputusan inovasi opsional ialah individu yang berperan sebagai pengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.
2.      Keputusan inovasi kolektif
Yaitu pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan antar anggota ocial ocial. Semua anggota ocial ocial harus mentaati keputusan bersama yang telah di buatnya.
3.      Keputusan inovasi otoritas
Yaitu pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi dari pada anggota yang lain dalam suatu ocial ocial. Para anggotasistem social tersebut tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi, melainkan hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit pengambil keputusan.
4.      Keputusan inovasi kontingensi/ contingent
Yaitu pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dpat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.
Ciri pokok dari keputusan inovasi kontingen ialah digunakanya dua atau lebih keputusan inivasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan dapat keputusan opsional, kolektif atau otoritas.

III. PENUTUP
Kesimpulan
·         Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui atau dialami oleh individu atau unit pengambil keputusan yang lain, mulai dari pertama kali tahu adanya inovasi, penentuan sikap menyenangi atau tidak menyenangi inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap inovasi
·         Adanya inovasi atau membuka diri untuk mengetahui inovasi merupakan titik awal proses keputusan inovasi, dan hal itu dilakukan secara aktif
·         Orang dapat tahu adanya inovasi baru kemudian merasa perlu untuk menerapkan inovasi (membutuhkan inovasi), tetapi mungkin juga terjadi karena orang merasa butuh untuk memenuhi sesuatu baru ia mencari inovasi (ingin tahu inovasi)
·         Ada dua macam penolakan (rejection), yaitu : penolakan aktif (setelah ada pertimbangan) dan penolakan pasif (tanpa proses pertimbangan sama sekali)

 DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Rogers, E. M. (1983). Diffusion of Innovasion. New York: The Free Press A Divison of Macmillan Publishing Co.Inc.
Saefudin, U. (2008). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.

Kamis, 14 Maret 2013

UTS Landasan-landasan dan Problematika Kependidikan(GIP501


Altus Baruati, S.Pd..JPG

 
Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah               :  Landasan-landasan dan Problematika Kependidikan(GIP501)
Program Studi            : Teknologi Pendidikan
Jenjang                       : S2
Tanggal/Waktu            : 10 November 2012
  Dosen                         : 1. Dr. Aisyah A.R.
                                                                           2. Dr. Yosef             

Landasan-landasan pendidikan merupakan dasar-dasar yang penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan oleh siapapun yang ingin berkecimpung di dalam dunia pendidikan. Landasan-landasan yang telah didiskusikan di kelas---filosofis, hukum, psikologis, sosial-budaya, historis, ekonomi, teknologi, teori dan konsep sistem---sedikit banyak telah memberikan wawasan kepada Anda untuk mengkaji lebih mendalam dari yang telah dibahas bersama-sama. Sehubungan dengan pembahasan tersebut, lakukanlah refleksi terhadap masing-masing landasan terkait dengan apa yang telah Anda pahami, yang masih Anda ragukan, dan yang Anda ingin ketahui lebih lanjut. Uraikan pula partisipasi Anda di kelas dalam mendiskusikan masing-masing landasan dimaksud.
Jawaban :

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana. Di dalam proses pendidikan itu sendiri terdapat orang-orang yang terlibat didalamnya, yaitu pendidik dan peserta. Dalam sistem pendidikan itu sendiri memiliki Landasan-landasan yang merupakan akar atau fondasi kuat sebagai pijakan berdirinya suatu sistem pendidikan. Landasan-landasan pendidikan merupakan dasar-dasar yang penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan oleh siapapun yang ingin berkecimpung di dalam dunia pendidikan. . Landasan-landasan yang telah didiskusikan adalah landasan filosofis, hukum, psikologis, politik & ekonomi, sosial-budaya, historis, , teknologi, teori dan konsep sistem.
Pertama, landasan filosofis pendidikan. Mengenai landasan filosofis pendidikan berarti  berkenaan dengan tujuan filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu.
Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo, landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan profesional guru. Setiap guru baik mengetahui atau tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik. Namun, ada hal dibenak saya adalah apakah semua guru memiliki filsafat pendidikan dalam dirinya ataukah mereka bersikap tidak peduli. Kemudian, bagaimana pengaruh filsafat pendidikan terhadap sistem pembelajaran di Indonesia.

Selain memiliki landasan filosofis, pendidikan juga memiliki landasan hukum atau kebijakan yang mendasari, melindungi serta menjelaskan mengenai aturan pendidikan. Sebab dalam penyusunan kebijaksanaan, pemerintah tidak hanya membatasi diri berkenaan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara secara umum. Namun, pengaturan itu juga menyangkut aspek khusus lain seperti aspek perekonomian, hak milik, perkawinan dan pendidikan.
Kebijaksanaan pemerintah itu berupa ketentuan-ketentuan, baik bersifat umum maupun khusus tidak hanya tersirat dalam kebiasaan dan adat istiadat. Akan tetapi dituangkan berupa surat keputusan, ketetapan, peraturan pemerintah, dan Undang-undang. Landasan hukum/kebijakan pendidikan terdiri dari pancasila sebagai pilihan nilai budaya nasional, di tetapkan jadi filsafat atau ideologi Negara Republik Indonesia, Undang Undang Dasar 1945, yaitu pasal 31 dan 32. Pasal 31 mengatur tentang pendidikan kewajiban pemerintah membiayai wajib belajar 9 tahun di SD dan SMP, anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD, dan sistem pendidikan nasional. Sedangkan pasal 32 mengatur tentang kebudayaan. Selanjutnya, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Begitu banyak peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah namun apakah semua peraturan tersebut telah dijalankan dan benar-benar ditegakkan sesuai hukum yang berlaku.

Dalam pendidikan, psikologi juga dipelajari dan memiliki landasan Psikologi dalam pendidikan. Menurut Woodworth dan Marquis dalam (Khodijah, 2006) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu mencakup aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional. Psikologi sangat diperlukan guna mengetahui apa dan bagaimana kondisi manusia secara psikologis yang terlibat dalam pendidikan. Pemahaman terhadap peserta didik. Utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan. Sebagai implikasiya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik. Sekalipun mereka memiliki kesamaan.
Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia sehingga landasan psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang pendidikan. Sementara itu, keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk- beluk landasan pendidikan termasuk landasan psikologis dalam pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar (Tirtarahardja, 2005).
Sebagai contoh, keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik, anak didik dan lingkungan. Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan. Subjek dan objek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian, keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Namun, berdasarkan uraian panjang tersebut nampaknya keadaan psikologis peserta didik makin sulit untuk dikendalikan contohnya saja tawuran yang marak terjadi. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Kesalahan siapakah ini? Pemerintah? Orang tua? Lingkungan? Guru? Atau peserta didik itu sendiri?. Dapat dipastikan bahwa semua komponen  tersebut memiliki andilnya masing-masing.

Politik sangat berpengaruh dengan kemajuan dunia pendidikan dimana setiap pergantian era kepemimpinan kepala negara, berganti pula kebijakan-kebijakan dalam menentukan jalan pendidikan di Negara kita. Dalam dunia pendidikan, ekonomi berfungsi menunjang kelancaran proses belajar mengajar dan berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi kehidupan manusia. Tercukupinya anggaran pendidikan nasional sesuai konstitusi, maka diharapkan tercapainya kualitas sumber daya manusia yang tinggi.
Menurut Levin (1987) dalam (Fattah, 2008), pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan dan sumberdaya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah geografis dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Pembiayaan sekolah ini bekaitan dengan bidang politik pendidikan dan program pembiayaan pemerintah serta administrasi sekolah.
Menurut (Pidarta, 2007), fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan bukan merupakan modal yang dikembangkan dan juga mendapatkan keuntungan yang berlimpah, disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi, psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Namun, zaman sekarang kebijakan pemerintah sudah cukup baik untuk mencapai tujuan pendidikan. Akan tetapi, ada-ada saja hal yang menghalangi. Kemudian dari segi ekonomi. Pada zaman dahulu, anggaran ekonomi pendidikan belum mencapai 20% seperti sekarang namun tingkat intelegensi peserta didik sekarang jauh lebih rendah dari pada peserta didik yang lalu. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu arus globalisasi, peningkatan penduduk, lingkungan dan sebagainya.  

Pendidikan saat ini telah direduksikan sebagai pembentukan intelektual semata, sehingga menyebabkan terjadinya kedangkalan budaya dan hilangnya identitas lokal dan nasional (Tilaar, 2004). Menurut (Tirtarahardja, 2005), pendidikan sebagai proses transformasi budaya merupakan kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Pendidikan merupakan proses pemanusiaan untuk menjadikan manusia memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, dan manusia seutuhnya agar mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi secara penuh dan mengembangkan budaya.
Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep pendidikan, yaitu keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya, perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan, proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan, dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar, kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan anak (Pidarta, 2007).
Sekolah dengan sistem multikultural menurut saya sangat baik sekali karena para peserta didik dapat saling mengenal budaya dari daerah lain dan mengerti bagaimana seharusnya berinteraksi atau bersosialisasi dari suku yang berbeda. Seperti yang telah kita ketahui bahwa suatu suku atau daerah yang berbeda, maka berbeda pula mereka dalam bersosialisasi. Oleh sebab itu, para peserta didik akan dapat memahami karakteristik suatu daerah dan akan bersikap saling menghormati dan menghargai.

Sejarah/historis adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007). Dengan demikian, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif. Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau.
Oleh sebab itu, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk maju pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa yang lampau. Seperti itu juga pendidikan di Indonesia. Landasan historis pendidikan adalah sejarah pendidikan di masa lalu yang menjadi acuan terhadap pengembangan pendidikan di masa kini.
Landasan historis pendidikan Nasional Indonesia tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang. Pada akhirnya bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Para pendiri negara kita merumuskan negara kita dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi 5 prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama Pancasila.
Akan tetapi, zaman sekarang sejarah seakan terlupakan. Coba tanyakan kepada peserta didik atau diri kita sendiri apakah mereka ingat dan tahu hari-hari bersejarah dan apakah mereka mengingat perjuangan para pahlawan dalam menorehkan sejarah Bangsa Indonesia yang hasilnya telah mereka nikmati sekarang.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah menjadi pemicu terhadap upaya perubahan sistem pembelajaran di sekolah.
Kondisi sekolah, senantiasa dituntut untuk terus-menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat, sehingga sekolah yang tetap berkutat pada instruksional kurikulum hanya akan membuat peserta didik gagap melihat realitas yang mengepungnya.
Salah satu definisi Teknologi Pembelajaran yang komprehensif adalah definisinya Robert Gagne dalam Seels & Ritcey yang mengatakan bahwa Teknologi Pembelajaran berhubungan dengan studi dan penciptaan kondisi belajar yang berhasil guna (Miarso, 2007). Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama.
Kurikulum sekarang pun dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Menurut (Yamin, 2007) mengatakan proses pembelajaran di kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dan diharapkan pengajar mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar dan potensi dan memusatkan perhatian siswa secara penuh sehingga dapat ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri.
            Pada zaman sekarang, para peserta didik sudah tidak asing lagi dengan dunia internet. Namun, kebanyakan dari mereka menggunakan fasilitas internet bukan untuk menambah ilmu pengetahuan atau belajar. Mereka lebih menyukai bermain game online atau ber-facebook ria  sehingga menjadi terlena bahwa mereka memiliki kewajiban untuk belajar. Perkembangan model pembelajaran sekarang dapat menggunakan media internet sebagai sumber belajar dan media untuk mencerdaskan peserta didik. Contohnya adalah media internet berupa e-mail digunakan sebagai sarana untuk memberikan tugas kepada siswa dan siswa tersebut mengirim jawaban tugas ke e-mail guru tersebut. Banyak hal positif yang dapat kita ambil dari teknologi, informasi, dan komunikasi dalam sistem pembelajaran guna mencerdaskan siswa.

Pendidikan selain memiliki landasan filsafat, psikologis, ekonomi dan pendidikan, sosial-budaya, pendidikan juga memiliki landasan teori dan konsep sistemnya sehingga pendidikan itu sendiri berjalan sesuai arah yang ditentukan. Landasan teori memuat teori-teori atau konsep-konsep dasar, yang diambil dari buku-buku acuan yang langsung berkaitan dengan bidang ilmu yang diteliti sebagai tuntunan, untuk memecahkan masalah penelitian dan untuk merumuskan hipotesis.
Berikut macam-macam landasan teori menurut (Miarso, 2007). Pertama, landasan teori dalam llmu perilaku ilmu perilaku, khususnya teori belajar, merupakan ilmu yang utama untuk memperkembangkan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterline berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku, yaitu untuk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran. Kedua, landasan teori dalam llmu komunikasi
Edgar Dale menyatakan bahwa teori komunikasi merupakan suatu metode yang paling berguna dalam usaha meningkatkan efektifitas bahan audiovisual. Pada masa itu memang pendekatan dalam teknologi pendidikan masih condong ke pendekatan media. Hoban berpendapat bahwa pendekatan yang paling berguna untuk memahami dan meningkatkan efisiensi dibidang audiovisual adalah melalui konsep komunikasi.
Pada awalnya teori komunikasi yang paling mendapat perhatian yang dikemukakan oleh Shannon dan Weafer yang sebenarnya merupakan teori matematis dalam komunikasi. Setelah teori tersebut timbullah teori komunikasi yang dikemukakan oleh Bherlo dan teori ini dianggap merupakan pembaharuan karena implikasinya dalam teknologi pendidikan menyebabkan dimasukkannya orang dan bahan sebagai sumber yang merupakan bagian integral dari teknologi pendidikan.
Hal ini juga menunjukkan bahwa teknologi pendidikan sebagai satuan pengetahuan yang terorganisasikan akan senantiasa berkembang dengan adanya penelitian. Ketiga, landasan teori dalam ilmu sosiologi dalam ilmu sosiologi, manusia merupakan makhluk sosial, saling berinteraksi satu sama lain, sehingga jika dikaitkan dengan teknologi pendidikan,ilmu sosiologi menyatakan bahwa teknologi bukan hanya untuk masing-masing orang tetapi untuk semua orang. Keempat, Landasan Teori dalam Ilmu Filsafat. Landasan filsafat pendidikan memberi perspektif filosofis yang seyogyanya merupakan “kacamata” yang dikenakan dalam memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya. Kelima, Landasan Teori dari Disiplin.
Sistem didefenisikan sebagai satu keseluruhan dari sejumlah komponen yang saling berhubungan dan berfungsi dalam mengubah masukan (input) menjadi hasil (output) sesuai tujuan yang telah ditetapkan (Wahyudin, 2008). Tujuan suatu sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) atau mencapai suatu sasaran (objectives). Goal meliputi ruang lingkup yang luas sedangkan objectives meliputi ruang lingkup yang sempit. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan berlandaskan teori dan memiliki sistem yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.

Daftar Pustaka
Fattah, N. (2008, April). google. Retrieved September 25, 2012, from Pembiayaan Pendidikan: Landasan Teori dan Studi Empiris: http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_9-April_2008/Pembiayaan_Pendidikan_Landasan_Teori_dan_Studi_Empiris.pdf

Khodijah, N. (2006). Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah.

Miarso, Y. (2007). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekom.

Pidarta, M. (2007). Landasan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tilaar, H. (2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Tirtarahardja, U. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Wahyudin, D. (2008). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yamin, M. (2007). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.