Selasa, 08 Oktober 2013



ULANGAN HARIAN 1
MATA PELAJARAN KIMIA X/2
1.      Diketahui reaksi : C4H8 (g) + O2 (g) → CO2 (g) + H2O (l)
Jika gas CO2 yang terjadi 2 Liter, hitunglah Volume uap air yang terjadi ?
2.      Hitunglah Massa Molekul Relatif dari senyawa berikut : (Ar H = 1; Cl = 35,5; S = 32; O = 16)
a.       Mr H2SO4                               b.  Mr HCl
3.      Hitunglah jumlah mol senyawa HNO3 jika diketahui massa senyawa tersebut adalah 126 gram. (Ar H = 1; Ar N = 14; Ar O = 16)

Jumat, 19 April 2013



                                                   MID SEMESTER BAHASA INGGRIS
                                                     Nama                          :  Altus Baruati
                                                     NIM                           :  06122503008
                                                     Dosen Pengampu       :  1. Sofendi, M.A., Ph.D.
                                                                                            2. Dr. Suhuri, M.Pd.

            Hi ! My name is Altus Baruati. I am 24 years old. I was graduate from 600 primary school Palembang graduated in 2001, 19 high school seniors graduated in 2004 Palembang, Muhammadiyah 1 Senior High School Palembang graduated in 2007. Then, I went to college through the selection of new admissions (SPMB). And I graduated in Inderalaya Sriwijaya university mathematics education majors and natural science courses chemistry education. Then I underwent a student activities as appropriate. Such as work assignments, presentations, practical work in the laboratory, creating reports, and others. In years passed right end on Wednesday 27th April 2011, I followed the thesis examination. I am grateful for my graduation. Subsequently, on 22 June 2011 I attended the Unsri graduated to 99 and on 23 June 2011 following my graduation. Then, I teach, apply knowledge, and educating boys and girls in high school Srijaya Negara Palembang and 3 public high school districts Lais Banyuasin district. Appropriate department, I give chemistry to my students.
Okay, I'll tell you about my experience teaching chemistry. I teach a class X material is the oxidation number. I explain the material in advance, explaining an example, as well as providing training. Meaning or oxidation state Oxidation Numbers Oxidation Numbers an element in a compound equals the number of electrons that have been released or captured / bound by the atoms of the element in the formation of a compound. Oxidation state can also be described as the cargo of an element in a bond with other elements. There are two oxidation states, a positive oxidation state of an element = the number of electrons is released while the negative oxidation states = number of electrons captured or received by any other element.

Rules in Determining Oxidation Numbers
1.      All free elements or elements that are not bonded to other elements such as for example H2, O2, Cl2, K, Fe and others then oxidation states is 0
2.      Ion has an oxidation state equal to the amount of cargo, eg Cl- Oxidation Numbers = -1; Li + = +1; PO43- = -3; SO42- = -2
3.      In its compounds : Or F Fluorine, Chlorine, Bromine and all elements located in group VIIa or halogen which is the most electronegative element, Oxidation = -1, while the VIA group (S and O) = -2. The oxidation number of O = -2 except F2O compounds, O = +2. On the compound H2O2 and BaO2, O = -1. On the compound KO2, O = -1 / 2. H = +1 oxidation state, except in compounds NaH and KH, H = -1. Group IA alkali or oxidation state = +1. IIA alkaline oxidation state = +2

For example: Calculate the oxidation number in bold below ! H2O

Do we have to know the rules in determining the oxidation state in both free element, the element of the charged, nor compounds are uncharged and charged compounds.
Here's the answer :
·         H2O
Oxidation Numbers H + Oxidation Numbers O           = 0
(2 x Oxidation Numbers H) + Oxidation Numbers O  = 0
(2 x Oxidation Numbers H) +             (-2)                    = 0
(2 x Oxidation Numbers H)                                          = +2
Oxidation Numbers H                                                  = +1

After I explain, give examples, and exercises like the above, a lot of my students are interested and understand the material. This is evident from the exercise they are doing an average student I can answer. Then, I take a daily test values ​​with the advance one by one student to work on the problems of oxidation states.
I was amazed to one of my students, the name is R.A. Anggun class X.2 Plus. She very quickly do the problem that I have provided. Matter of fact I gave quite difficult. Not only in the subjects of Chemistry, Anggun also discerning in other subjects. Besides its gorgeous, she also has a good personality. Anggun became the first champion in its class. I as well as his homeroom teacher constantly monitor progress.
I always remember that Anggun always ask me about the material that he has not understood. She always said :  Could you return the material to explain that I did not understand this? And I would always answer : of course. Oh yes, Anggun never made ​​me laugh once when she asked: miss, will you marry your close friend? My response can only smile answered her question.
That bit of my experience during the teaching and educate the students. There's something funny, fun, annoying, angered, annoyed. All in One. However, I still love my job is because I love to share my knowledge which is not only the world but also the good of the good in the heaven, and InsyaAllah willing be a amal jariyah  for me. Amiin

Jumat, 15 Maret 2013

PROSES KEPUTUSAN INOVASI


I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, merupakan suatu upaya untuk menjebatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan pembaharuan- pembaharuan yang cenderung mengejar efisiensi dan efektifitas. Pembaharuan mengiringi perputaran zaman yang tak henti-hentinya berputar sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan. Kebutuhan akan layanan individual telah menjadi pendorong utama timbulnya pembaharuan. Didalam dunia pendidikan, lembaga pendidikan harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus mengupayakan suatu program yang sesuai dengan perkembangan anak, perkembangan zaman, situasi, kondisi dan kebutuhan peserta didik.
Kata inovasi sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan dan kadang kadang juga dipakai untuk menyatakan peneluan, karena hal yang baru itu penemuan. Timbulnya inovasi dalam pendidikan disebabkan oleh adanya persoalan dan tantangan yang perlu dipecahkan dengan pemikiran baru yang mendalam dan progresif.
Pada hakikatnya yang menjadi sasaran menerima dan menerapkan inovasi adalah individu atau pribadi sebagai sistem sosial (warga masyarakat). Pemahaman tentang proses inovasi yang berorientasi pada individu tetap merupakan dasar untuk memahami proses dalam organisasi. Salah satu elemen difusi yang dikemukan rogers adalah “waktu”. Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi.
Peranan dimensi waktu dalam proses difusi merupakan proses keputusan inovasi, dimana proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk menerima keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan)

I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian proses keputusan inovasi ?
2. Bagaimana proses keputusan inovasi ?
3. Bagaimana tipe keputusan inovasi ?

I.3 Tujuan
1. Memahami pengertian proses keputusan inovasi
2. Mengetahui model proses keputusan inovasi
3. Mengetahui tipe keputusan inovasi

II. PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Proses Keputusan Inovasi
            Menurut (Saefudin, 2008), proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu, mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkanya.
Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsur keputusan yang mendasarinya, oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation decision Process). Menurut Everett M Rogers proses keputusan inovasi adalah the process through which abn individual (or other decision making unit) passes from first knowledge of an innovation,to forming an attitude toward the innovation, to a decision to adopt or reject, to implementation of the new ide, and to confirmation of this decision. Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan perbedaannya dengan tipe keputusan yang lain ialah dimulai dengan adanya ketidaktentuan (uncertainly) tentang sesuatu (inovasi).

II.2 Proses Keputusan Inovasi
            Menurut (Rogers, 1983) , proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu (1) tahap pengetahuan, (2) tahap bujukan, (3) tahap keputusan, (4) tahap implementasi dan (5) tahap konfirmasi. Ke- 5 tahap proses keputusan inovasi dapat dilihat pada bagan berikut ini:





SALURAN KOMUNIKASI
            ------------------------------------------------------------------------------------


Kondisi sebelumnya
V.KONFIRMASI
IV.PENERAPAN
III.KEPUTUSAN
I. PENGTAHUAN
II.BUJUKAN
1.Pengalaman
2.Kebtuhan/
    Masalah
3.Kepekaan Inovasi
4.Norma ocial
 

(1)   Tahap Pengetahuan / Knowledge
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi inovasi tersebut. Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara aktif bukan pasif. Begitupun seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya berdasarkan pengamatanya tentang inovasi tersebut sesuai dengan kebutuhan, minat atau mungkin juga kepercayaanya.  Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan karena kebetulan ia merasa butuh, tapi mungkin juga terjadi karena seseorang butuh Sesutu maka untuk memenuhinya dibutuhkan inovasi.
Setelah seseorang menyadari adanya inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui inovasi, maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tantang inovasi itu bukan hanya berlangsung pada tahap pengetahuan saja tetap juga ada tahap yang lain bahkan sampai tahap konfirmasi masih ada keinginan untuk mengetahui aspek-aspek tertentu dari inovasi.

(2)   Tahap Bujukan/ Persuation
Tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit pengambil keputusan yang lain, mulai membentuk sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan.
Dalam tahap persuasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa dating. Perlu ada kemampuan untuk memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mempermudah proses mental itu, perlu adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan  inovasi, jika mungkin sampai pada konsekuensi inovasi.

(3)   Tahap Keputusan/ Decision
Pada tahap ini berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.
 Menurut Rogers adoption (menerima) berarti bahwa inovasi tersebut akan digunakan secara penuh, sedangkan menolak berarti “ not to adopt an innovation”. Jika inovasi dapat dicobakan secara parsial, umpamanya pada keadaan suatu individu, maka inovasi ini akan lebih cepat diterima karena biasanya individu tersebut pertama-tama ingin mencoba dulu inovasi tersebut pada keadaannya dan setelah itu memutuskan untuk menerima inovasi tersebut. Walaupun begitu, penolakan inovasi dapat saja terjadi pada setiap proses keputusan inovasi ini. Rogers menyatakan ada dua jenis penolakan, yaitu active rejection dan passive rejection.
-  Active rejection terjadi ketika suatu individu mencoba inovasi dan berfikir akan mengadopsi inovasi tersebut namun pada akhirnya dia menolak inovasi tersebut.
- passive rejection individu tersebut sama sekali tidak berfikir untuk mengadopsi inovasi.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara pengetahuan, persuasi dan keputusan inovasi berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaitan.

(4)   Tahap Implementasi/ Implementastion
Pada tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi.  Sebuah inovasi dicoba untuk dipraktekkan, akan tetapi sebuah inovasi membawa sesuatu yang baru apabila tingkat ketidakpastiannya akan terlibat dalam difusi. Ketidakpastian dari hasil-hasil inovasi ini masih akan menjadi masalah pada tahapan ini. Maka si pengguna akan memerlukan bantuan teknis dari agen perubahan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dari akibatnya. Apalagi bahwa proses keputusan inovasi ini akan berakhir. Permasalahan penerapan inovasi akan lebih serius terjadi apabila yang mengadopsi inovasi itu adalah suatu organisasi, karena dalam sebuah inovasi jumlah individu yang terlibat dalam proses keputusan inovasi ini akan lebih banyak dan terdiri dari karakter yang berbeda-beda.
Penemuan kembali biasanya terjadi pada tahap implementasi ini, maka tahap ini merupakan tahap yang sangat penting. Penemuan kembali ini adalah tingkatan di mana sebuah inovasi diubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi atau implementasinya. Rogers juga menjelaskan tentang perbedaan antara penemuan dan inovasi (invention dan Innovation). Invention adalah proses di ociala-ide baru ditemukan atau diciptakan. Sedang inovasi adalah proses penggunaan ide yang sudah ada. Rogers juga menyatakan bahwa semakin banyak terjadi penemuan maka akan semakin cepat sebuah inovasi dilaksanakan.

(5). Tahap Konfirmasi/ Confirmation
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusanya.jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi selanjutnya.
Ketika Keputusan inovasi sudah dibuat, maka si penguna akan mencari dukungan atas keputusannya ini . Menurut Rogers keputusan ini dapat menjadi terbalik apabila si pengguna ini menyatakan ketidaksetujuan atas pesan-pesan tentang inovasi tersebut. Akan tetapi kebanyakan cenderung untuk menjauhkan diri dari hal-hal seperti ini dan berusaha mencari pesan-pesan yang mendukung yang memperkuat keputusan itu. Jadi dalam tahap ini, sikap menjadi hal yang lebih krusial. Keberlanjutan penggunaan inovasi ini akan bergantung pada dukungan dan sikap individu .
Ketidakberlanjutan dapat terjadi selama tahap ini dan terjadi pada dua cara. Pertama atas penolakan individu terhadap inovasi. Keputusan jenis ini dinamakan replacement discontinuance. Yang kedua dinamakan ocialantment discontinuance. Dalam hal ini individu menolak inovasi tersebut disebabkan ia merasa tidak puas atas hasil dari inovasi tersebut. Alasan lain dari discontinuance decision ini mungkin disebabkan inovasi tersebut tidak memenuhi kebutuhan individu. Sehingga tidak merasa adanya keuntungan dari inovasi tersebut.

III. Tipe Keputusan Inovasi
Menurut (Ibrahim, 1988), ada beberapa tipe keputusan inovasi :
1.      Keputusan inovasi opsional
Yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu atau seseorang secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota system social yang lain. Meskipun dalam hal ini individu mengambil keputusan itu berdasarkan norma system soaial atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota system social yang lain. Jadi hakikat pengertian keputusan inovasi opsional ialah individu yang berperan sebagai pengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.
2.      Keputusan inovasi kolektif
Yaitu pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan antar anggota ocial ocial. Semua anggota ocial ocial harus mentaati keputusan bersama yang telah di buatnya.
3.      Keputusan inovasi otoritas
Yaitu pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi dari pada anggota yang lain dalam suatu ocial ocial. Para anggotasistem social tersebut tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi, melainkan hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit pengambil keputusan.
4.      Keputusan inovasi kontingensi/ contingent
Yaitu pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dpat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.
Ciri pokok dari keputusan inovasi kontingen ialah digunakanya dua atau lebih keputusan inivasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan dapat keputusan opsional, kolektif atau otoritas.

III. PENUTUP
Kesimpulan
·         Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui atau dialami oleh individu atau unit pengambil keputusan yang lain, mulai dari pertama kali tahu adanya inovasi, penentuan sikap menyenangi atau tidak menyenangi inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap inovasi
·         Adanya inovasi atau membuka diri untuk mengetahui inovasi merupakan titik awal proses keputusan inovasi, dan hal itu dilakukan secara aktif
·         Orang dapat tahu adanya inovasi baru kemudian merasa perlu untuk menerapkan inovasi (membutuhkan inovasi), tetapi mungkin juga terjadi karena orang merasa butuh untuk memenuhi sesuatu baru ia mencari inovasi (ingin tahu inovasi)
·         Ada dua macam penolakan (rejection), yaitu : penolakan aktif (setelah ada pertimbangan) dan penolakan pasif (tanpa proses pertimbangan sama sekali)

 DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Rogers, E. M. (1983). Diffusion of Innovasion. New York: The Free Press A Divison of Macmillan Publishing Co.Inc.
Saefudin, U. (2008). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.