I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi
dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang
pendidikan, merupakan suatu upaya untuk menjebatani masa sekarang dan masa yang
akan datang dengan jalan pembaharuan- pembaharuan yang cenderung mengejar
efisiensi dan efektifitas. Pembaharuan mengiringi perputaran zaman yang tak
henti-hentinya berputar sesuai dengan kurun waktu yang telah ditentukan.
Kebutuhan akan layanan individual telah menjadi pendorong utama timbulnya
pembaharuan. Didalam dunia pendidikan, lembaga pendidikan harus mampu
mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus mengupayakan suatu
program yang sesuai dengan perkembangan anak, perkembangan zaman, situasi,
kondisi dan kebutuhan peserta didik.
Kata inovasi sering
diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan dan kadang kadang juga
dipakai untuk menyatakan peneluan, karena hal yang baru itu penemuan. Timbulnya
inovasi dalam pendidikan disebabkan oleh adanya persoalan dan tantangan yang
perlu dipecahkan dengan pemikiran baru yang mendalam dan progresif.
Pada hakikatnya yang
menjadi sasaran menerima dan menerapkan inovasi adalah individu atau pribadi
sebagai sistem sosial (warga masyarakat). Pemahaman tentang proses inovasi yang
berorientasi pada individu tetap merupakan dasar untuk memahami proses dalam
organisasi. Salah satu elemen difusi yang dikemukan rogers adalah “waktu”.
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi karena waktu merupakan
aspek utama dalam proses komunikasi.
Peranan dimensi waktu
dalam proses difusi merupakan proses keputusan inovasi, dimana proses sejak
seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia memutuskan untuk menerima
atau menolak inovasi. Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu)
sebagai anggota sistem sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial,
yang menentukan untuk menerima keputusan bersama atau berdasarkan paksaan
(kekuasaan)
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian proses
keputusan inovasi ?
2. Bagaimana proses keputusan inovasi ?
3. Bagaimana tipe keputusan inovasi ?
I.3 Tujuan
1.
Memahami
pengertian proses keputusan inovasi
2.
Mengetahui model
proses keputusan inovasi
3.
Mengetahui tipe keputusan inovasi
II. PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Proses Keputusan
Inovasi
Menurut (Saefudin, 2008), proses keputusan inovasi ialah proses
yang dilalui (dialami) individu, mulai dari pertama tahu adanya inovasi,
kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan
keputusan menerima atau menolak, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap
keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan
kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan
yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi
dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk
selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkanya.
Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu
terjadi, di sini ada unsur keputusan yang mendasarinya, oleh karena itu proses
inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation decision
Process). Menurut Everett M Rogers proses keputusan inovasi adalah the process
through which abn individual (or other decision making unit) passes from first
knowledge of an innovation,to forming an attitude toward the innovation, to a
decision to adopt or reject, to implementation of the new ide, and to
confirmation of this decision. Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan
perbedaannya dengan tipe keputusan yang lain ialah dimulai dengan adanya
ketidaktentuan (uncertainly) tentang
sesuatu (inovasi).
II.2 Proses
Keputusan Inovasi
Menurut (Rogers, 1983) , proses keputusan inovasi terdiri dari
5 tahap, yaitu (1) tahap pengetahuan, (2) tahap bujukan, (3) tahap keputusan,
(4) tahap implementasi dan (5) tahap konfirmasi. Ke- 5 tahap proses keputusan
inovasi dapat dilihat pada bagan berikut ini:
SALURAN KOMUNIKASI
------------------------------------------------------------------------------------
Kondisi sebelumnya
1.Pengalaman
2.Kebtuhan/
Masalah
3.Kepekaan Inovasi
4.Norma ocial
(1) Tahap
Pengetahuan / Knowledge
Proses
keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada saat
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana fungsi
inovasi tersebut. Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi
tentu dilakukan secara aktif bukan pasif. Begitupun seseorang menyadari
perlunya mengetahui inovasi biasanya berdasarkan pengamatanya tentang inovasi
tersebut sesuai dengan kebutuhan, minat atau mungkin juga kepercayaanya. Adanya inovasi menumbuhkan kebutuhan karena
kebetulan ia merasa butuh, tapi mungkin juga terjadi karena seseorang butuh Sesutu
maka untuk memenuhinya dibutuhkan inovasi.
Setelah
seseorang menyadari adanya inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui
inovasi, maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tantang inovasi itu
bukan hanya berlangsung pada tahap pengetahuan saja tetap juga ada tahap yang
lain bahkan sampai tahap konfirmasi masih ada keinginan untuk mengetahui
aspek-aspek tertentu dari inovasi.
(2) Tahap
Bujukan/ Persuation
Tahap ini berlangsung
ketika seseorang atau unit pengambil keputusan yang lain, mulai membentuk sikap
menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan
proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi
yang berperan utama bidang afektif atau perasaan.
Dalam tahap persuasi
ini juga sangat penting peran kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan
penerapan inovasi di masa dating. Perlu ada kemampuan untuk memproyeksikan
penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan situasi yang ada.
Untuk mempermudah proses mental itu, perlu adanya gambaran yang jelas tentang
bagaimana pelaksanaan inovasi, jika
mungkin sampai pada konsekuensi inovasi.
(3) Tahap
Keputusan/ Decision
Pada
tahap ini berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk
menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya
akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.
Menurut Rogers adoption (menerima) berarti
bahwa inovasi tersebut akan digunakan secara penuh, sedangkan menolak berarti “
not to adopt an innovation”. Jika inovasi dapat dicobakan secara parsial,
umpamanya pada keadaan suatu individu, maka inovasi ini akan lebih cepat
diterima karena biasanya individu tersebut pertama-tama ingin mencoba dulu
inovasi tersebut pada keadaannya dan setelah itu memutuskan untuk menerima
inovasi tersebut. Walaupun begitu, penolakan inovasi dapat saja terjadi pada
setiap proses keputusan inovasi ini. Rogers menyatakan ada dua jenis penolakan,
yaitu active rejection dan passive rejection.
- Active rejection terjadi ketika suatu
individu mencoba inovasi dan berfikir akan mengadopsi inovasi tersebut namun
pada akhirnya dia menolak inovasi tersebut.
- passive
rejection individu tersebut sama sekali tidak berfikir untuk mengadopsi
inovasi.
Dalam
pelaksanaan difusi inovasi antara pengetahuan, persuasi dan keputusan inovasi
berjalan bersamaan. Satu dengan yang lain saling berkaitan.
(4) Tahap
Implementasi/ Implementastion
Pada
tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang
menerapkan inovasi. Sebuah inovasi
dicoba untuk dipraktekkan, akan tetapi sebuah inovasi membawa sesuatu yang baru
apabila tingkat ketidakpastiannya akan terlibat dalam difusi. Ketidakpastian
dari hasil-hasil inovasi ini masih akan menjadi masalah pada tahapan ini. Maka
si pengguna akan memerlukan bantuan teknis dari agen perubahan untuk mengurangi
tingkat ketidakpastian dari akibatnya. Apalagi bahwa proses keputusan inovasi
ini akan berakhir. Permasalahan penerapan inovasi akan lebih serius terjadi
apabila yang mengadopsi inovasi itu adalah suatu organisasi, karena dalam
sebuah inovasi jumlah individu yang terlibat dalam proses keputusan inovasi ini
akan lebih banyak dan terdiri dari karakter yang berbeda-beda.
Penemuan
kembali biasanya terjadi pada tahap implementasi ini, maka tahap ini merupakan
tahap yang sangat penting. Penemuan kembali ini adalah tingkatan di mana sebuah
inovasi diubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi atau
implementasinya. Rogers juga menjelaskan tentang perbedaan antara penemuan dan
inovasi (invention dan Innovation). Invention adalah proses di ociala-ide baru
ditemukan atau diciptakan. Sedang inovasi adalah proses penggunaan ide yang
sudah ada. Rogers juga menyatakan bahwa semakin banyak terjadi penemuan maka
akan semakin cepat sebuah inovasi dilaksanakan.
(5). Tahap Konfirmasi/ Confirmation
Dalam tahap konfirmasi
ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya, dan
ia dapat menarik kembali keputusanya.jika memang diperoleh informasi yang
bertentangan dengan informasi selanjutnya.
Ketika Keputusan
inovasi sudah dibuat, maka si penguna akan mencari dukungan atas keputusannya
ini . Menurut Rogers keputusan ini dapat menjadi terbalik apabila si pengguna
ini menyatakan ketidaksetujuan atas pesan-pesan tentang inovasi tersebut. Akan
tetapi kebanyakan cenderung untuk menjauhkan diri dari hal-hal seperti ini dan
berusaha mencari pesan-pesan yang mendukung yang memperkuat keputusan itu. Jadi
dalam tahap ini, sikap menjadi hal yang lebih krusial. Keberlanjutan penggunaan
inovasi ini akan bergantung pada dukungan dan sikap individu .
Ketidakberlanjutan
dapat terjadi selama tahap ini dan terjadi pada dua cara. Pertama atas
penolakan individu terhadap inovasi. Keputusan jenis ini dinamakan replacement
discontinuance. Yang kedua dinamakan ocialantment discontinuance. Dalam hal ini
individu menolak inovasi tersebut disebabkan ia merasa tidak puas atas hasil
dari inovasi tersebut. Alasan lain dari discontinuance decision ini mungkin
disebabkan inovasi tersebut tidak memenuhi kebutuhan individu. Sehingga tidak
merasa adanya keuntungan dari inovasi tersebut.
III.
Tipe Keputusan Inovasi
Menurut
(Ibrahim, 1988), ada beberapa tipe keputusan
inovasi :
1. Keputusan
inovasi opsional
Yaitu
pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan
oleh individu atau seseorang secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh
dorongan anggota system social yang lain. Meskipun dalam hal ini individu
mengambil keputusan itu berdasarkan norma system soaial atau hasil komunikasi
interpersonal dengan anggota system social yang lain. Jadi hakikat pengertian
keputusan inovasi opsional ialah individu yang berperan sebagai pengambil
keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.
2. Keputusan
inovasi kolektif
Yaitu
pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang
dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan antar anggota ocial ocial.
Semua anggota ocial ocial harus mentaati keputusan bersama yang telah di
buatnya.
3. Keputusan
inovasi otoritas
Yaitu
pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang
dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang
atau kemampuan yang lebih tinggi dari pada anggota yang lain dalam suatu ocial ocial.
Para anggotasistem social tersebut tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam
membuat keputusan inovasi, melainkan hanya melaksanakan apa yang telah
diputuskan oleh unit pengambil keputusan.
4. Keputusan
inovasi kontingensi/ contingent
Yaitu
pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dpat dilakukan hanya
setelah ada keputusan inovasi yang mendahuluinya.
Ciri
pokok dari keputusan inovasi kontingen ialah digunakanya dua atau lebih
keputusan inivasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi,
terserah yang mana yang akan digunakan dapat keputusan opsional, kolektif atau
otoritas.
III. PENUTUP
Kesimpulan
·
Proses keputusan inovasi adalah proses
yang dilalui atau dialami oleh individu atau unit pengambil keputusan yang
lain, mulai dari pertama kali tahu adanya inovasi, penentuan sikap menyenangi
atau tidak menyenangi inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak
inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap inovasi
·
Adanya inovasi atau membuka diri untuk
mengetahui inovasi merupakan titik awal proses keputusan inovasi, dan hal itu
dilakukan secara aktif
·
Orang dapat tahu adanya inovasi baru kemudian
merasa perlu untuk menerapkan inovasi (membutuhkan inovasi), tetapi mungkin
juga terjadi karena orang merasa butuh untuk memenuhi sesuatu baru ia mencari
inovasi (ingin tahu inovasi)
·
Ada dua macam penolakan (rejection),
yaitu : penolakan aktif (setelah ada pertimbangan) dan penolakan pasif (tanpa
proses pertimbangan sama sekali)
DAFTAR
PUSTAKA
Ibrahim. (1988). Inovasi Pendidikan. Jakarta:
Depdikbud.
Rogers, E. M. (1983). Diffusion
of Innovasion. New York: The Free Press A Divison of Macmillan Publishing
Co.Inc.
Saefudin, U. (2008). Inovasi
Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.